Untuk aku.
Terima kasih
untuk tetap tidak kehilangan arah sejauh apapun melangkah meski saat itu sempat
goyah. Terima kasih untuk tetap waras disaat yang lain kian menekan, menjadikan
dirimu sebagai bualan. Tak apa untuk tidak terlihat baik-baik saja, itu
tandanya kamu merasa menjadi manusia-merasakan luka. Tak apa jika kamu bersikukuh
untuk tidak mengungkapkan sejauh dirimu bisa membendung. Namun kamu harus tahu,
di luar sana sepertinya masih ada tangan-tangan yang mau meraihmu, sejauh kamu
mengungkapkan.
Terima kasih untuk
tetap mengasihi orang-orang yang mungkin pernah membuatmu sakit hati. Bersikap memaafkan
dan menerima kembali dengan lapang tidak menjatuhkanmu menjadi manusia yang
paling hina di muka bumi. Namun, kamu juga harus ingat bahwa kamu tidak boleh
terluka dengan hal yang sama dengan orang yang sama pula. Bukankah seharusnya
manusia belajar dari pengalalaman, seperti kata mutiara di bawah buku Sidu-mu saat sekolah dulu.
Terima kasih
untuk tetap bertahan meski kamu sudah berdarah-darah sejak lama, meski segala upayamu
terkadang hanya dianggap angin lalu bahkan dijatuhkan tanpa basa-basi. Terima kasih
untuk tetap melanjutkan hidup meski terkadang kamu tak tahu harus melakukan
apa. Terima kasih untuk terus bangkit meski kamu harus tertatih-tatih sendiri,
lalu dijatuhkan lagi berkali-kali.
Terima kasih untuk
tetap mementingkan perasaan orang lain pula meski acapkali perasaanmu tidak
diperhitungkan sama sekali. Kamu pernah merasakannya kan, betapa tidak
diperhitunngkannya perasaanmu disetiap katanya? Maka, jangan sampai kamu juga
melukai perasaan orang lain hingga terluka hatinya, ingat itu.
Terima kasih
untuk tetap bersyukur atas apa yang telah Tuhan beri kepadamu, meski terkadang
kamu cukup mengeluh-ngeluh. Terima kasih untuk diriku sebab tanpa adanya semua
itu, aku tidak cukup mengenal diriku sendiri.
Lalu maaf, bila
aku masih belum bisa sepenuhnya jujur. Terkadang aku masih menyangkal dan
berpendapat bahwa pendapatku benar, membuatku merasa besar. Maaf untuk tidak bisanya
aku mengambil keputusan-keputusan yang tepat dan membiarkanku terlalu lama diambangan.
Maaf untuk segala ketidaksempurnaan dan segala genap-ganjilku yang tak terkira.
Kiranya kamu mau memaafkan, aku sudah berubah sedikit-demi sedikit.
5 November 2018
Lelah setelah
ditimpa rintik setitik
Terima kasih
BalasHapus