Tiba-tiba saja rindu menyergap dari segala sisi
ruangan ini. Cuaca sedang dingin-dinginnya ketika aku dipertemukan kembali
denganmu. Selepas hujan memang dingin bukan? Bukankah hujan selalu sesendu itu?
Langkahku sedikit terhambat lebih ke gemetar tak siap jika harus kembali
menatapmu. Dengan kenangan yang sudah seperti bom waktu yang siap meledak
langkah kaki menuju pintu keluar menjadi berjarak sepuluh kilometer.
Luka itu masih
begitu segar ketika kamu memutuskan sebagai keputusan. Tidak ada yang perlu
dipertahankan karena mempertahankan sesuatu yang tidak ingin bertahan adalah
suatu kemustahilan. Sisa perjalanan turut memberatkan hati untuk bergegas
menemukan pintu keluar.